blog counter






  • Asongan Kebab : Suze Marie
  • Tukang Jagung Brondong : Ida
  • Juru Sobek Karcis : Yuli Bean
  • Centeng : Sitorus
  • Petugas Kebersihan : Mina





  • Bioskop Ferina
  • Bioskop Panas!
  • Bioskop Reygreena




  • Blogger

    FinalSense

    Amazon

    Yahoo

    Ebay



  • Loket 1 : Antie
  • Loket 2 : Jody
  • Loket 3 : Kobo
  • Loket 4 : Perca
  • Loket 5 : Qyu
  • Loket 6 : Tanzil
  • Calo Tiket





  • RAYYA CAHAYA DI ATAS CAHAYA (2012)

    MAMA CAKE (2012)

    THE AMAZING SPIDER-MAN (2012) Marc Webb  A...

    LEWAT DJAM MALAM (1954)

    SANG PENARI

    SNOW WHITE AND THE HUNTSMAN (2012)

    SOEGIJA (2012)

    DI TIMUR MATAHARI (2012)

    Emak Ingin Naik Haji

    Inkheart





    Juni 2007 Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 November 2007 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 Desember 2008 Januari 2009 Februari 2009 Maret 2009 April 2009 Mei 2009 Juni 2009 November 2009 Juni 2012 Juli 2012 September 2012







    Kamis, 25 Oktober 2007
    War Photographer (2001)







    WAR PHOTOGRAPHER

    Category: Movies
    Genre: Documentary
    Judul: War Photographer
    Sutradara: Christian Frei
    Pemain:James Nachtwey
    Tahun: 2001

    Tentu kita masih ingat saat kita kanak-kanak kita sering ditanya tentang cita-cita kita kelak dewasa. Waktu itu saya selalu memberikan jawaban bahwa saya ingin jadi guru. Rasanya mulia sekali pekerjaan sebagai guru, mencerdaskan bangsa, membuat orang jadi pandai. Namun cita-cita menjadi guru itu tidak bertahan lama. Saat saya duduk di bangku SMP cita-cita saya berubah : saya ingin jadi wartawan. Mungkin karena saya mulai mengenal dan membaca TEMPO. Saya membayangkan pasti enak sekali bekerja sebagai seorang juru warta. Bisa keliling dunia meliput berita dan menjadi orang yang serba tahu tentang banyak hal. Yaaah..tetapi ternyata tak satupun dari yang pernah saya cita-citakan itu terwujud. Barangkali karena saya tidak sungguh-sungguh fokus dengan mimpi saya itu.

    Nah, film War Photographer (Swiss) ini berkisah tentang James Nachtwey atau Jim, seorang wartawan foto perang. Seperti layaknya sebuah film dokumenter yang merupakan rekaman sebuah peristiwa real, War Photographer pun adalah rekaman kisah nyata kehidupan Jim sebagai wartawan foto perang . Maka sebagian besar layar menampilkan foto-foto perang yang berhasil direkam kamera Jim. Mulai dari Kosovo, Afrika, Palestina sampai Indonesia.

    Jika di Kosovo, Palestina dan Afrika Jim meliput perang yang terjadi di negara-negara tersebut, di Indonesia, tepatnya Jakarta, Jim memotret kehidupan masyarakat kumuh di sepanjang rel kereta. Rumah-rumah kardus yang tumpang tindih, sungai-sungai dengan air yang menghitam sementara orang-orang mandi dan mencuci di situ serta para pengemis cacat yang tengah meminta-minta di perempatan jalan Jakarta itulah yang diwartakan oleh Jim dengan kameranya ke seluruh penjuru dunia dalam bentuk foto hitam putih dan berwarna . Liputan tentang Indonesia itu mendapat porsi yang cukup lumayan dalam film ini. Termasuk rekaman peristiwa kerusuhan Mei 1998 dan peristiwa Semanggi . Menontonnya, saya jadi diingatkan kembali pada peristiwa tragis yang pernah menimpa bangsa ini. Gambar memang bisa berbicara banyak lebih dari sekedar barisan kalimat.

    Jalan cerita film ini dipandu oleh narasi dan kesaksian teman-teman Jim sesama wartawan. Di antaranya Christiane Amanpour (CNN), Hans- Hermann Klare (STERN Magazine), Des Wright (kameraman REUTERS) dan Dennis O'Neill (sahabat ba9ik Jim). Mereka bertutur betapa Jim adalah seorang yang setia pada profesinya sebagai fotografer. Ia pantang menyerah dalam tugasnya meskipun harus berhadapan dengan bahaya. Meliput perang berarti harus siap mati dalam tugas. Bagaimana tidak jika tak jarang mereka harus berada di tengah-tengah pertempuran yang dipenuhi hujan peluru, gas airmata serta ranjau-ranjau yang bertebaran. Setiap saat maut mengancam.

    Film ini masuk nominasi Oscar tahun 2002 untuk film dokumenter terbaik.
    - Endah Sulwesi -
    Minggu, 21 Oktober 2007
    Lady and The Tramp (Disney, 1955)
    Judul : Lady and The Tramp
    (50th Anniversary Edition)
    Produksi : Walt Disney, 1955
    Pengisi suara : Peggy Lee, Barbara Luddy, Larry Roberts, Bill Thompson, Bill Baucom (II)
    Animator : Milt Kahl (Tramp), Frank Thomas (Eating Spaghetti), Ollie Johnston (Lady, Jock, Trusty), John Lounsbery (Tony, Joe, various dogs), Wolfgang Reitherman (chase scene), Eric Larson (Peg, Hal King, Les Clark ("Lady" as puppy)

    Ada yang ingat adegan satu ini : Dua ekor anjing duduk di sebuah meja, diterangi sebatang lilin, menyantap sepiring spaghetti bola-bola daging, lalu mereka makan seutas spaghetti yang sama tanpa sadar, dan akhirnya tak sengaja berciuman?


    Yah, inilah kisah Lady, anjing cocker spaniel betina dengan Tramp, si anjing jalanan.

    Lady adalah hadiah Natal yang diberikan Jim Dear pada Darling, istrinya. Waktu itu Lady masih seekor anak anjing. Setelah beberapa lama, Lady menjadi jantung keluarga itu, pusat perhatian Jim Dear dan Darling. Hingga suatu hari, Lady merasa perlakuan kedua tuannya itu padanya berubah. Ternyata Darling hamil.

    Lady yang sedih, menceritakan ini kepada dua ekor anjing tetangganya, Jock si Scottish Terier, dan Trusty, anjing bloodhound tua yang sudah kehilangan kehebatan penciumannya. Sementara mereka berbincang-bincang, tiba-tiba masuklah seekor anjing jalanan tak dikenal, Tramp. Tramp pun menceritakan kepada Lady apa itu seorang bayi. Di sini juga lucu banget, apalagi waktu Tramp meniru-niru seorang wanita tua, hahahaha!



    Setelah bayi lahir, ternyata Lady tidak disingkirkan, kedua tuannya tetap menyayanginya. Tetapi, setelah beberapa lama, kedua tuannya itu harus pergi meninggalkan bayi mereka dan Lady di rumah, dititipkan pada Bibi Sarah, yang punya dua kucing siam, Si dan Am. Ternyata kedua kucing ini menyebabkan kesulitan bagi Lady, dan Bibi Sarah marah, membawa Lady untuk dibelikan berangus. Tapi Lady berhasil melarikan diri.


    Dalam pelariannya, Lady yang tak berpengalaman hidup di jalanan itu, dikejar-kejar oleh segerombolan anjing liar. Untung saja Tramp melihat, dan membantu Lady. Setelah itu, Tramp pun membawa Lady berkeliling kota, menikmati kehidupan sebagai anjing jalanan sepanjang malam.

    Sewaktu Lady mau kembali ke rumahnya, dia sempat tertangkap oleh penangkap anjing, dan di situ Lady mengetahui sesuatu tentang Tramp, yang ternyata seekor anjing playboy (huahahahaha......, di sini kocak banget..... ada anjing namanya Peg yang nyanyi He's A Tramp dengan gaya genit banget). Di tempat penampungan anjing liar itu juga, Lady akan bertemu dengan anjing-anjing unik, termasuk Boris si anjing yang merangkap jadi filsuf, hihihihi



    Akhirnya, karena punya peneng, Lady dikembalikan ke rumahnya. Tapi kali ini Lady diikat di kandangnya di luar, tak boleh masuk ke rumah oleh Bibi Sarah. Namun, ternyata malam itu seekor tikus got besar mencoba menyelinap masuk ke rumah. Lady yang sedang terikat tak bisa mengejarnya. Tapi Tramp mendengar Lady, dan dia mengejar tikus itu. Sementara itu, Lady juga akhirnya berhasil melepaskan diri.

    Sayangnya, niat baik Lady dan Tramp mengejar tikus itu disalah artikan oleh Bibi Sarah, yang langsung memanggil penangkap anjing liar untuk membawa Tramp. Untunglah saat itu Jim Dear dan Darling pulang, dan mereka menemukan tikus got besar yang sudah dibunuh oleh Tramp, dan mereka pun menyelamatkan Tramp. Yah, tentunya Jock dan Trusty tak kurang peranannya untuk menyelamatkan Tramp.

    Film animasi ini merupakan produksi Walt Disney tahun 1955, yah sudah lebih 50 tahun yang lalu memang. Tapi pada ulang tahun produksinya yang ke 50, Walt Disney mengeluarkan edisi khusus dalam bentuk DVD, dengan perbaikan kualitas warna sehingga tampil lebih segar dan cerah.

    Yang asik juga, dalam format DVD, banyak bonusnya. Termasuk salah satu asal-usul cerita awalnya. Dalam credit untuk cerita, dicantumkan nama Ward Greene, yang ternyata adalah konseptor cerita setelah lebih 10 tahun dari awal ide cerita ini dicetuskan pertama kali oleh Joe Grant di akhir tahun 1930-an. Film animasi ini merupakan sedikit dari film-film animasi Disney, yang ide ceritanya bukan berasal dari buku atau pun kisah dongeng. Selain itu, ternyata asik banget, jaman tahun segitu, mereka kan belum punya komputer super canggih untuk membantu para animator itu menciptakan gambar-gambar yang bisa bergerak sangat mirip dengan aslinya. Salah satu teknik yang digunakan mereka adalah merekam gerakan-gerakan berbagai jenis anjing untuk dipelajari pelan-pelan. Keren banget! (jadi ngiri.... hi hi hi hi)

    Yah, memang film animasi satu ini bisa digolongkan sebagai sebuah karya klasik yang bisa dinikmati kapan saja.

    Label:

    Senin, 08 Oktober 2007
    No Man's Land


    Produksi: United Artists, tahun 2001
    Sutradara: Danis Tanovic
    Skenario: Danis Tanovic
    Pemain: Branko Djuric, Rene Bitorajac, Filip Sovagovic


    Telah begitu banyak film tentang perang dibuat. Apapun gaya yang dipakai oleh para pembuatnya, selalu saja film-film perang itu akhirnya menghadirkan sebuah kisah kemanusiaan yang berakhir tragis dan menyedihkan. Tidak ada perang yang menyenangkan. Bahkan Life is Beautiful yang dikemas dalam sebuah bentuk komedi pun terasa pahit dan menyesakkan. Demikian pula No Man's Land.

    Ini adalah film dari sebuah negeri yang pernah sangat menderita akibat konflik dengan tetangganya, Serbia, yang mengorbankan banyak jiwa dari kedua belah pihak. Perang Bosnia-Serbia adalah sebuah drama kemanusiaan yang meninggalkan luka dalam bagi perdamaian dunia.

    No Man's Land, disutradarai oleh Danis Tanovic, pria kelahiran Zenica, Bosnia, 1969. Ia adalah seorang insinyur sipil yang juga sekolah musik dan seni. No Man's Land bukanlah filmnya yang pertama. Sebelumnya ia telah pula menyutradarai sejumlah film, di antaranya : Your Lover Called (film pendek), Dervishs dan A Year After (dokumenter) serta B & H Army (video klip).

    Dalam No Man's Land, Danis Tanovic menulis pula skenarionya. Sebuah film yang berkisah tentang tiga orang serdadu di medan pertempuran Bosnia-Serbia. Dua orang dari pihak Bosnia, Ciki (Branko Djuric) dan Cera (Filip Sovagovic), satu orang lagi, Nino (Rene Bitorajac) adalah tentara Serbia. Ketiganya 'berjumpa' di sebuah trench (parit perlindungan) yang terletak di antara kedua wilayah yang bertikai. Pertemuan ketiganya menghadirkan sebuah cerita yang pahit dan mengharukan. Mereka adalah orang-orang yang 'dikorbankan', representasi dari kisah pahit dan suram sebuah peperangan. Perang telah menghancurkan rasa kemanusiaan mereka. Yang tertinggal hanyalah kebencian pada pihak lawan, yang dianggap sebagai penyebab terjadinya semua bencana itu. Pun kepercayaan kepada pihak-pihak di luar sana yang mengaku sebagai duta perdamaian, sudah terkikis habis. PBB tak lagi dipercaya dapat menyelesaikan konflik. Juga para jurnalis televisi , hanyalah sekelompok orang yang ingin menangguk keuntungan dari berita yang mereka siarkan langsung, yang terkadang meliput tanpa perasaan.



    Di parit itu, Cera tengah terancam jiwanya karena di bawah tubuhnya ada ranjau yang amat berbahaya yang akan meledak jika ia bergerak. Pasukan PBB yang datang ke lokasi tersebut dengan ahli penjinak ranjau mereka, tak mampu melakukan apapun. Dengan sangat terpaksa mereka harus meninggalkan Cera sendirian bersama ranjau yang siap meledak di bawah tubuhnya. Tragis...

    Sementara itu Ciki dan Nino telah lebih dulu tewas dalam sebuah baku tembak yang gagal dihalang-halangi oleh pasukan PBB tersebut. Tak pernah ada pemenang yang sesungguhnya dalam perang.

    Film produksi tahun 2001 ini berhasil mendapatkan penghargaan Golden Globe tahun 2002 untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik dan Skenario Terbaik dalam Festival Film Cannes 2002. Saya memberinya 3 bintang (***).

    Endah Sulwesi