Produksi: United Artists, tahun 2001
Sutradara: Danis Tanovic
Skenario: Danis Tanovic
Pemain: Branko Djuric, Rene Bitorajac, Filip Sovagovic
Telah begitu banyak film tentang perang dibuat. Apapun gaya yang dipakai oleh para pembuatnya, selalu saja film-film perang itu akhirnya menghadirkan sebuah kisah kemanusiaan yang berakhir tragis dan menyedihkan. Tidak ada perang yang menyenangkan. Bahkan Life is Beautiful yang dikemas dalam sebuah bentuk komedi pun terasa pahit dan menyesakkan. Demikian pula No Man's Land.
Ini adalah film dari sebuah negeri yang pernah sangat menderita akibat konflik dengan tetangganya, Serbia, yang mengorbankan banyak jiwa dari kedua belah pihak. Perang Bosnia-Serbia adalah sebuah drama kemanusiaan yang meninggalkan luka dalam bagi perdamaian dunia.
No Man's Land, disutradarai oleh Danis Tanovic, pria kelahiran Zenica, Bosnia, 1969. Ia adalah seorang insinyur sipil yang juga sekolah musik dan seni. No Man's Land bukanlah filmnya yang pertama. Sebelumnya ia telah pula menyutradarai sejumlah film, di antaranya : Your Lover Called (film pendek), Dervishs dan A Year After (dokumenter) serta B & H Army (video klip).
Dalam No Man's Land, Danis Tanovic menulis pula skenarionya. Sebuah film yang berkisah tentang tiga orang serdadu di medan pertempuran Bosnia-Serbia. Dua orang dari pihak Bosnia, Ciki (Branko Djuric) dan Cera (Filip Sovagovic), satu orang lagi, Nino (Rene Bitorajac) adalah tentara Serbia. Ketiganya 'berjumpa' di sebuah trench (parit perlindungan) yang terletak di antara kedua wilayah yang bertikai. Pertemuan ketiganya menghadirkan sebuah cerita yang pahit dan mengharukan. Mereka adalah orang-orang yang 'dikorbankan', representasi dari kisah pahit dan suram sebuah peperangan. Perang telah menghancurkan rasa kemanusiaan mereka. Yang tertinggal hanyalah kebencian pada pihak lawan, yang dianggap sebagai penyebab terjadinya semua bencana itu. Pun kepercayaan kepada pihak-pihak di luar sana yang mengaku sebagai duta perdamaian, sudah terkikis habis. PBB tak lagi dipercaya dapat menyelesaikan konflik. Juga para jurnalis televisi , hanyalah sekelompok orang yang ingin menangguk keuntungan dari berita yang mereka siarkan langsung, yang terkadang meliput tanpa perasaan.
Di parit itu, Cera tengah terancam jiwanya karena di bawah tubuhnya ada ranjau yang amat berbahaya yang akan meledak jika ia bergerak. Pasukan PBB yang datang ke lokasi tersebut dengan ahli penjinak ranjau mereka, tak mampu melakukan apapun. Dengan sangat terpaksa mereka harus meninggalkan Cera sendirian bersama ranjau yang siap meledak di bawah tubuhnya. Tragis...
Sementara itu Ciki dan Nino telah lebih dulu tewas dalam sebuah baku tembak yang gagal dihalang-halangi oleh pasukan PBB tersebut. Tak pernah ada pemenang yang sesungguhnya dalam perang.
Film produksi tahun 2001 ini berhasil mendapatkan penghargaan Golden Globe tahun 2002 untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik dan Skenario Terbaik dalam Festival Film Cannes 2002. Saya memberinya 3 bintang (***).
Endah Sulwesi
cerita yang menyedihkan tapi juga sangat manusiawi...
hm, apakah yuli sudah nonton?
*cuma posting titipan hihihihi, jadi gak bisa komen *
Endingnya sakitttt banget film ini.. Huhu
begitulah selalu film bertema perang. pasti ga enak. pahiiiit....
film yang menyedihkan...
😢