blog counter






  • Asongan Kebab : Suze Marie
  • Tukang Jagung Brondong : Ida
  • Juru Sobek Karcis : Yuli Bean
  • Centeng : Sitorus
  • Petugas Kebersihan : Mina





  • Bioskop Ferina
  • Bioskop Panas!
  • Bioskop Reygreena




  • Blogger

    FinalSense

    Amazon

    Yahoo

    Ebay



  • Loket 1 : Antie
  • Loket 2 : Jody
  • Loket 3 : Kobo
  • Loket 4 : Perca
  • Loket 5 : Qyu
  • Loket 6 : Tanzil
  • Calo Tiket





  • RAYYA CAHAYA DI ATAS CAHAYA (2012)

    MAMA CAKE (2012)

    THE AMAZING SPIDER-MAN (2012) Marc Webb  A...

    LEWAT DJAM MALAM (1954)

    SANG PENARI

    SNOW WHITE AND THE HUNTSMAN (2012)

    SOEGIJA (2012)

    DI TIMUR MATAHARI (2012)

    Emak Ingin Naik Haji

    Inkheart





    Juni 2007 Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 November 2007 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 Desember 2008 Januari 2009 Februari 2009 Maret 2009 April 2009 Mei 2009 Juni 2009 November 2009 Juni 2012 Juli 2012 September 2012







    Sabtu, 31 Mei 2008
    Out of The Ashes

    Sutradara: Joseph Sargent
    Skenario: Anne Meredith
    Pemain: Christine Lahti, Bruce Davison, Beau Bridges,Jonathan Cake
    Tahun: 2003


    Lagi, sebuah film tentang kekejaman Nazi Jerman telah dibuat. Kali ini dibuat untuk sebuah film TV yang ceritanya berdasarkan kisah nyata seorang korban yang berhasil selamat dari kamar gas di Kamp Konsentrasi Auschwitz (Saya selalu merinding seram setiap mendengar kata ini disebutkan. Terbayanglah ribuan manusia yang kebetulan terlahir sebagai Yahudi mati dengan cara amat mengenaskan). Ia adalah Gisella Perl (Christine Lahti), seorang dokter Yahudi berkebangsaan Hungaria.

    Usai Perang Dunia II, Gisella atau Giska datang ke Amerika dan mencoba untuk kembali bekerja sebagai dokter ahli kandungan di negara tersebut. Ia mendapat kendala dengan riwayat hidupnya. Pihak rumah sakit yang hendak mempekerjakannya memiliki catatan hitam tentang sejarah hidupnya semasa pendudukan Nazi di Jerman. Ia dimintai keterangan sampai sejauh mana kebenaran catatan tersebut yang menyatakan bahwa ia bisa lolos dari kematian sebab selama dalam tahanan di Auschwitz itu ia berkolaborasi dengan pihak Nazi. Sembari menekan segala rasa pahit dan pedihnya akan kenangan buruk yang tak akan pernah sanggup dilupakannya itu, ia pun berkisah (tersuguh dalam adegan-adegan kilas balik).

    Menjadi seorang tahanan berarti menjadi manusia yang tidak lagi memiliki kemerdekaan. Bahkan berarti selalu dalam ancaman kematian. Apalagi sebagai tahanan tentara Nazi yang sudah demikian terkenal bengisnya. Tulisan-tulisan mengenai kekejaman Hitler terhadap kaum Yahudi telah banyak diterbitkan. Misalnya saja Buku Harian Anne Frank. Atau juga film-filmnya (Schindler's List, Life is Beautiful dll). Barangkali satu-satunya yang terpikir oleh para Yahudi yang malang itu adalah bagaimana caranya agar dapat tetap hidup. Begitulah yang dilakukan Giska. Ia tidak bisa menyangkal bahwa ia memang telah 'bekerja sama' dengan pihak Nazi selama di Auschwitz itu. Namun, ia melakukan semua kesepakatan itu semata-mata demi mempertahankan hidupnya. Ia bersedia membuat deal tersebut dengan harapan ia dan keluarganya dapat keluar dengan selamat dari neraka Auschwitz.

    "You know about some of the things I did there, for the pregnant women. But yes, I did sent unknowingly many women to their deaths within the day of my arrival. And yes, some of the things I did there, some of the procedures I was forced to do there…they were not honorable. So you are right, I have blood on my hands and believe me I can see it as clearly as you can see this tattoo here on my arm. Both of them will forever identify me as having to be a doctor in Auschwitz, not only to the world, but to myself. And I know this is very difficult for you to understand gentlemen not having been there, but it is the truth. I only did what I had to do to survive"

    Giska tak punya banyak pilihan. Dokter Mengele (Jonathan Cake) memerintahkannya untuk melakukan aborsi terhadap para tahanan yang kedapatan hamil dan lalu bayinya itu dibakar hidup-hidup di krematorium atau dimasukkan ke dalam kamar gas. Sebuah aksi pembersihan etnis yang paling biadab yang pernah terjadi di dunia. Dengan tangannya, Giska berhasil menyelamatkan hidup 1000 orang lebih perempuan Yahudi di Auschwitz. Para perempuan itu lebih memilih Giska yang melakukannya daripada dr. Mengele yang berdarah dingin itu karena bisa berarti nyawa merekapun akan melayang.

    Katanya, sejarah selalu berulang. Tapi sumpah deh, saya tidak pernah berharap satu kalipun segala sejarah kekejaman yang pernah terjadi di atas bumi ini berulang kembali. Amit-amit...
    Sabtu, 24 Mei 2008
    Across The Universe (2007)

    Film musikal berlatar tahun 60-an ini menceritakan tentang Jude (Jim Sturgess), seorang pemuda dari Liverpool yang merantau ke Amerika buat mencari ayahnya. Di Amerika, dia berteman dengan Max Carrigan (Joe Anderson) seorang mahasiswa Ivy League kaya yang sedang memberontak dari keluarganya. Max punya seorang adik bernama Lucy Carrigan (Evan Rachel Wood) yang baru saja patah hati karena pacarnya meninggal di Vietnam. Seperti yang bisa diduga, tentu saja Jude dan Lucy saling naksir.

    Mengikuti Max yang melepaskan diri dari keluarga kayanya, Jude menyewa kamar di sebuah rumah kontrakan yang diinduksemangi oleh Sadie (Dana Fuchs), seorang penyanyi. Di situ, kehidupan hippie mereka pun dimulai, terlebih setelah Lucy ikut-ikutan tinggal di sana juga. Setiap hari mereka bersenang-senang seolah tanpa beban, hingga akhirnya Max mendapat panggilan untuk bertugas ke Vietnam. Dari situ, hubungan Jude dan Lucy pun mulai goyah. Setelah sebuah demonstrasi yang berakhir dengan keributan, Jude malah dideportasi ke Inggris. Eh, tapi ini bukan endingnya kok. Yang jelas happy ending, lah.

    Yah, film ini memang sangat menggambarkan kehidupan hippie, sih … 60-an banget gitu. Secara keseluruhan, film ini terhitung bagus. Ceritanya sih memang dangkal dan tertebak banget. Tapi yang bikin lebih adalah karena ini film musikal. Menyenangkan juga melihat koreografinya, lalu lagu-lagunya. Ah, lagu-lagu The Beatles yang dinyanyikan ulang itu biasanya memang jadi keren. Jadi kepikiran, apakah sebenarnya film ini dibuat berdasarkan lagunya, atau lagunya dipasin sama filmnya ya? Mungkin yang pertama ya, karena ada tokoh Prudence (T.V. Carpio) tuh, yang kayaknya nggak ada fungsinya. Aku curiga mungkin dia dimunculkan cuma biar ada lagu Dear Prudence, hihihi ….

    Sebenarnya aku berharap lebih banyak dari film ini. Kupikir film ini bakal spektakuler, gitu. Eh, ternyata nggak sehebat itu, sih. Atau karena aku sudah mendengar lagu-lagunya duluan ya, jadi nggak terpana lagi. But I still love the songs. Dan sinematografinya memang bagus. Layak ditonton, kok.

    Label: ,

    Senin, 12 Mei 2008
    The Darjeeling Limited (2007)

    Film ini bercerita tentang tiga bersaudara Whitman, yaitu Francis (Owen Wilson), Peter (Adrien Brody), dan Jack (Jason Schwartzman). Mereka berasal dari keluarga kaya raya dan sudah setahun tidak berhubungan satu sama lain. Untuk merekatkan kembali hubungan persaudaraan mereka, si sulung Francis berinisiatif menyeret kedua adiknya untuk melakukan perjalanan mengelilingi India dengan kereta api Darjeeling Limited. Francis sudah menyiapkan jadwal ketat yang harus mereka ikuti, dan dia bahkan punya agenda tersembunyi yang tidak diketahui kedua adiknya.

    Di sepanjang perjalanan itu, mereka mampir ke tempat-tempat religius dan “beribadah” di sana. Tapi, layaknya turis di tempat asing, mereka juga melakukan hal-hal norak seperti berbelanja yang tidak-tidak (misalnya semprotan merica dan ular kobra). Hubungan mereka bertiga sendiri tidak bisa dibilang akrab. Di mana-mana, ketiganya selalu bertengkar. Selain itu, mereka juga saling menyembunyikan informasi (tapi selalu ketahuan). Puncaknya adalah saat mereka bertengkar hebat di kereta dan akhirnya ditendang keluar oleh si masinis. Tapi, apakah perjalanan mereka berakhir di situ? Ternyata tidak. Justru perjalanan sesungguhnya dimulai setelah itu.

    I like-like-like this movie. Duh, film ini tuh ya … kocaaaaakk banget. Dialog-dialognya itu sungguh keren. Well-written. Gambarnya juga bagus. Rasanya tiap adegan tuh kalau di-capture akan menjadi gambar yang keren. Aku suka banget deh. Lagian, sepertinya aku memang selalu suka dengan cerita-cerita tentang dysfunctional family begini.

    Owen Wilson bermain cemerlang di sini, sebagai kakak sulung yang selalu mengatur adiknya. Terus, Adrien Brody tuh tampangnya kocak banget sih. Apalagi dengan kacamata hitam yang sedikit diangkat, hihihi …. Beda banget dengan perannya di The Pianist. Jason Schwartzman yang berperan sebagai si bungsu juga oke. Padahal kalau dilihat-lihat, ketiga saudara ini kok nggak ada mirip-miripnya sama sekali, ya.

    Di DVD yang aku tonton, disisipkan juga film pendek yang berjudul Hotel Chevalier. Film ini menceritakan tentang Jack Whitman dan mantan pacarnya (Natalie Portman) yang bertemu di kamar Hotel Chevalier. Beberapa adegan dalam The Darjeeling Limited memang mengacu pada adegan di hotel ini. Film pendek ini juga nggak kalah ngaconya dari film utamanya. Ceritanya adegannya mau dibikin dramatis gitu, tapi duuuhh … nonton saja sendiri deh, hihihi ….