blog counter






  • Asongan Kebab : Suze Marie
  • Tukang Jagung Brondong : Ida
  • Juru Sobek Karcis : Yuli Bean
  • Centeng : Sitorus
  • Petugas Kebersihan : Mina





  • Bioskop Ferina
  • Bioskop Panas!
  • Bioskop Reygreena




  • Blogger

    FinalSense

    Amazon

    Yahoo

    Ebay



  • Loket 1 : Antie
  • Loket 2 : Jody
  • Loket 3 : Kobo
  • Loket 4 : Perca
  • Loket 5 : Qyu
  • Loket 6 : Tanzil
  • Calo Tiket





  • Across The Universe (2007)

    The Darjeeling Limited (2007)

    ELEPHANT

    Ayat-Ayat Cinta

    Azur et Asmar

    The NameSake

    4 Months, 3 Weeks, and 2 Days

    Infamous

    Yakitate Japan

    When Harry Met Sally







    Sabtu, 31 Mei 2008
    Out of The Ashes

    Sutradara: Joseph Sargent
    Skenario: Anne Meredith
    Pemain: Christine Lahti, Bruce Davison, Beau Bridges,Jonathan Cake
    Tahun: 2003


    Lagi, sebuah film tentang kekejaman Nazi Jerman telah dibuat. Kali ini dibuat untuk sebuah film TV yang ceritanya berdasarkan kisah nyata seorang korban yang berhasil selamat dari kamar gas di Kamp Konsentrasi Auschwitz (Saya selalu merinding seram setiap mendengar kata ini disebutkan. Terbayanglah ribuan manusia yang kebetulan terlahir sebagai Yahudi mati dengan cara amat mengenaskan). Ia adalah Gisella Perl (Christine Lahti), seorang dokter Yahudi berkebangsaan Hungaria.

    Usai Perang Dunia II, Gisella atau Giska datang ke Amerika dan mencoba untuk kembali bekerja sebagai dokter ahli kandungan di negara tersebut. Ia mendapat kendala dengan riwayat hidupnya. Pihak rumah sakit yang hendak mempekerjakannya memiliki catatan hitam tentang sejarah hidupnya semasa pendudukan Nazi di Jerman. Ia dimintai keterangan sampai sejauh mana kebenaran catatan tersebut yang menyatakan bahwa ia bisa lolos dari kematian sebab selama dalam tahanan di Auschwitz itu ia berkolaborasi dengan pihak Nazi. Sembari menekan segala rasa pahit dan pedihnya akan kenangan buruk yang tak akan pernah sanggup dilupakannya itu, ia pun berkisah (tersuguh dalam adegan-adegan kilas balik).

    Menjadi seorang tahanan berarti menjadi manusia yang tidak lagi memiliki kemerdekaan. Bahkan berarti selalu dalam ancaman kematian. Apalagi sebagai tahanan tentara Nazi yang sudah demikian terkenal bengisnya. Tulisan-tulisan mengenai kekejaman Hitler terhadap kaum Yahudi telah banyak diterbitkan. Misalnya saja Buku Harian Anne Frank. Atau juga film-filmnya (Schindler's List, Life is Beautiful dll). Barangkali satu-satunya yang terpikir oleh para Yahudi yang malang itu adalah bagaimana caranya agar dapat tetap hidup. Begitulah yang dilakukan Giska. Ia tidak bisa menyangkal bahwa ia memang telah 'bekerja sama' dengan pihak Nazi selama di Auschwitz itu. Namun, ia melakukan semua kesepakatan itu semata-mata demi mempertahankan hidupnya. Ia bersedia membuat deal tersebut dengan harapan ia dan keluarganya dapat keluar dengan selamat dari neraka Auschwitz.

    "You know about some of the things I did there, for the pregnant women. But yes, I did sent unknowingly many women to their deaths within the day of my arrival. And yes, some of the things I did there, some of the procedures I was forced to do there…they were not honorable. So you are right, I have blood on my hands and believe me I can see it as clearly as you can see this tattoo here on my arm. Both of them will forever identify me as having to be a doctor in Auschwitz, not only to the world, but to myself. And I know this is very difficult for you to understand gentlemen not having been there, but it is the truth. I only did what I had to do to survive"

    Giska tak punya banyak pilihan. Dokter Mengele (Jonathan Cake) memerintahkannya untuk melakukan aborsi terhadap para tahanan yang kedapatan hamil dan lalu bayinya itu dibakar hidup-hidup di krematorium atau dimasukkan ke dalam kamar gas. Sebuah aksi pembersihan etnis yang paling biadab yang pernah terjadi di dunia. Dengan tangannya, Giska berhasil menyelamatkan hidup 1000 orang lebih perempuan Yahudi di Auschwitz. Para perempuan itu lebih memilih Giska yang melakukannya daripada dr. Mengele yang berdarah dingin itu karena bisa berarti nyawa merekapun akan melayang.

    Katanya, sejarah selalu berulang. Tapi sumpah deh, saya tidak pernah berharap satu kalipun segala sejarah kekejaman yang pernah terjadi di atas bumi ini berulang kembali. Amit-amit...