Jumat, 21 September 2012
RAYYA CAHAYA DI ATAS CAHAYA (2012)
Viva Westi
Satu lagi road movie lokal tahun
ini setelah Mama Cake. Selain sama-sama road movie, kedua film ini mengusung
tema pencarian jati diri. Perjalanan masuk ke dalam diri sendiri dalam upaya
mengenali dan menemukan kebahagiaan. Bedanya, kalau Mama Cake mengambil
Sudah menjadi kebiasaan saya
setiap menonton film, faktor sutradara menjadi pertimbangan utama. Dan di
poster film ini (posternya keren, saya suka) saya menemukan nama Viva Westi.
Saya berusaha keras membongkar memori otak saya yang siapa tahu menyimpan file
bersubyek Viva Westi. Blank. Setelah pulang dan browsing, barulah saya tahu
bahwa Viva Westi seorang pemain, penulis skenario, dan sutradara film.
Film-filmnya antara lain Suster N (2007) dan May (2009). Ah, pantas saja otak
saya tidak berhasil mendeteksi namanya, karena saya belum pernah nonton
film-filmnya.
Lalu, ada nama Emha Ainun Nadjib
selaku penulis naskah. Ahai! Kyai mbeling ini sudah merambah layar lebar
rupanya. Judul film ini memang sekejap mengingatkan saya pada buku kumpulan
puisinya, Cahaya Maha Cahaya.
Berikutnya, Titi Sjuman. Oke,
Dari beberapa filmnya yang saya tonton, dia bermain lumayan (misalnya di
Serdadu Kumbang).
Kemudian, sebuah nama besar di
jajaran aktor
Dan satu lagi, sebuah nama yang
membikin saya penasaran: Richard Oh. Dia ini lebih dikenal di ranah sastra
ketimbang dunia film, meskipun pernah terlibat di film Koper (2006) sebagai
penulis naskah.
Sekarang, kita masuk ke filmnya.
Sebuah pembukaan yang kurang
apik, berlanjut menjadi menit-menit yang terasa membosankan oleh Rayya (Titi
Sjuman) yang pemarah. Saya mengancam akan pulang saja kalau sampai sepuluh
menit lagi masih bikin bete. Tapi, untunglah Arya (Tio Pakusadewo) segera
muncul dan cerita pelan-pelan mulai terasa menarik.
Berikutnya, drama perjalanan pun
dimulai. Rayya yang temperamental, berkat kesabaran (dan rayuan) Arya menjadi
lebih "jinak". Kita akhirnya memaklumi kenapa dia menjerit-jerit
histeris di awal tadi. Walaupun demikian, menurut saya, mestinya kemarahan itu
tidak perlu ditunjukkan dengan akting berteriak-teriak seperti di sinetron
gazebo. Di sini, Titi Sjuman gagal menyajikan sebuah permainan yang baik.
Selanjutnya, ketika cerita film
mulai mengalir lewat percakapan intens Rayya dan Arya, saya menikmatinya.
Rayya, seorang bintang film
terkenal. Dia sedang menggarap sebuah buku biografi bersama sebuah tim yang
didanai oleh
Ditunjuklah Kemal sebagai
fotografer. Tetapi belum lagi mulai, mereka sudah bentrok. Rayya yang sedang
kisruh karena patah hati, jadi sering senewen. Buntutnya, ia memecat Kemal.
Kemudian, tim mencari pengganti Kemal dan hadirlah Arya, seorang fotografer
senior yang tengah bermasalah dengan istrinya. Maka, dimulailah drama yang
sesungguhnya.
Selama berhari-hari mereka
melakukan perjalanan keliling Jawa dan
Bagitulah, Saudara-Saudara. Film
ini cukup enak ditonton. Selain karena ceritanya lumayan, juga karena
menyajikan gambar-gambar yang indah dan puitis yang memanjakan mata.
Saran saya, jika di awal kamu
merasa bete seperti saya, bertahanlah, karena sebentar lagi kamu akan bisa
menikmati filmnya.
|
Jumat, 14 September 2012
MAMA CAKE (2012)
Sutradara: Anggy Umbara
10 dari Saya untuk MAMA CAKE
Pertama, mau ngaku dosa dulu:
ketika membaca judulnya, saya sempat meremehkan film ini. Apaan, sih? Film kok
judulnya Mama Cake? Pasti ini nggak jauh dari film lucu-lucuan yang gazebo.
Beneran nggak masuk daftar film yang ingin saya tonton, bahkan sampai Saudara
Bandhi Abstar yang baik hati menawari saya tiket gratisnya pun saya masih
mikir-mikir. Tetapi, kemarin malam saya punya waktu luang dan teman yang saya
ajak nonton bersedia ikut. Jadi, nontonlah saya berkat traktiran Dik Bandhi
yang konon sudah menonton film ini sebanyak 4 x namun tetap tutup mulut tidak
sudi bercerita sedikit pun tentang film ini. Saya semakin curiga.
Kedua, kecurigaan saya
meningkat ketika melihat jumlah penonton di dalam studio 5 Blok M Square yang
hanya segelintir saja. Kursi yang ada
tidak sampai terisi separuhnya.
Ketiga, film dimulai.
Keempat, aw...aw...aw...
openingnya keren banget. Kami semua ngakak berderai-derai.
Kelima, saya sangat menikmati
film berdurasi 137 menit ini tanpa merasa bosan. Tanpa sempat tertidur.
Keenam, ini memang drama
komedi, tetapi jangan kamu bayangkan ini komedi norak seperti Warkop atau
komedi lain yang mengandalkan kelakar-kelakar slapstik. Boleh dibilang, film
ini bersih dari slapstick. Humor-humurnya yang cerdas muncul lewat
percakapan tokoh-tokoh dan situasi yang dialami tokoh-tokoh tersebut.
Ketujuh, ceritanya kuat dan
fokus. Meskipun di beberapa bagian terjadi "khotbah", tetapi saya
maafkan, karena "cacat" itu terbayar oleh kualitas film ini secara
keseluruhan.
Kedelapan, editingnya mulus
untuk sebuah road movie yang berlangsung sehari semalam ini.
Kesembilan, akting para
pemainnya, Ananda Omesh sebagai Rakha,
Boy William sebagai Willy, dan Arie Dagienkz sebagai Rio, tidak
mengecewakan. Mereka berhasil
menghidupkan film dengan permainan yang wajar. Natural. Begitu juga dengan para pemain pendukung.
Bahkan Candil, vokalis grup musik rock
Seri Serius sukses mencuri perhatian pentonton sebagai pelayan di toko Mama
Cake.
Kesepuluh, selamat untuk Anggy
Umbara atas debutnya yang keren ini.
Pesan moralnya: jangan
mampir-mampir deh kalau disuruh beli brownies sama orang tuamu.
|