Sutradara: François Ozon
Pemain: Melvil Poupaud, Jeanne Moreau, Christian Sengewald, dll
Ketika sedang melakukan pemotretan fesyen, Romain pingsan. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan jika fotografer ini mengidap kanker. Usianya tidak lagi bisa dipastikan, cepat atau lambat ia akan menemui ajal. Kemoterapi untuk memperpanjang usia tidak menjadi pilihan yang menarik buat Romain.
Sayangnya, di dalam penantian kedatangan maut, ia tidak bisa terbuka kepada keluarganya, bahkan juga kekasihnya. Seolah tidak ingin membagi kesedihan, ia malah bertengkar dengan Sophie, adiknya, dan memutuskan hubungannya dengan Sasha, sang kekasih.
Hanya kepada neneknya ia bersikap jujur. Alasannya, seperti dirinya, neneknya juga sebentar lagi akan menghadapi hal yang sama dengannya: kematian. Walau sangat menyayangi neneknya, harapan neneknya supaya ia menjalankan kemoterapi tetap tidak digubrisnya.
Dalam perjalanan pergi-pulang ke pedesaan menemui neneknya, ia singgah di sebuah restoran milik sepasang suami istri muda. Si suami adalah seorang lelaki steril, padahal keluarga ini mendambakan kehadiran anak. Mereka menawarkan uang buat Romain jika ia bersedia memberikan anak bagi mereka.
Romain menolak gagasan suami-istri ini. Mereka tidak tahu, Romain seorang gay. Tidak mungkin ia berhubungan dengan seorang perempuan. Apalagi mempunyai anak. Ia bukan tipe lelaki yang menyukai anak kecil.
Tapi, ketika Romain melihat jam kehidupannya makin berkurang, ia menemui suami-istri itu. Ia bersedia menjadi ‘ayah’ untuk anak yang akan menjadi milik mereka.
Apa sesungguhnya yang membuat ia mengubah pikirannya? Satu saja. Ia ingin mewariskan kekayaannya untuk anak yang tidak akan pernah dilihatnya.
Le temps qui reste (Time to Leave) adalah sebuah film bernuansa muram karya sutradara Prancis François Ozon. Sebelumnya ia pernah mengarahkan film seperti Under the Sand (2000) dan Swimming Pool (2003) yang dibintangi aktris Charlotte Rampling. Dalam film ini, ia akan menuntun penonton ke dalam suasana hati yang suram dari si karakter utama, Romain. Dari seorang fotografer terkenal yang aktif dan gesit, lalu berubah menjadi lelaki depresi yang gentar menghadapi beratnya kenyataan. Perubahan suasana hatinya begitu terasa sehingga mempengaruhi penonton (baca: saya). Melvil Poupaud pemeran Romain menampilkan perfoma yang memikat sehingga layak jika ia mendapat penghargaan sebagai aktor terbaik, yang antara lain diperolehnya dari Vallaoud International Film Festival. Dari seorang lelaki sehat bermetamorfosis menjadi lelaki sakit tergambar dengan baik, terutama dari tubuh yang berubah ringkih dan gestur yang menjadi lebih loyo.
Tema penyakit yang mencabut kehidupan manusia sudah banyak digarap oleh para sineas dari berbagai negara. Mungkin karenanya, penulis cerita memberi sentuhan yang agak berbeda. Romain digambarkan sebagai lelaki gay yang hidup seapartemen dengan kekasihnya, Sasha. Hubungan mereka diketahui dan sudah dianggap biasa oleh keluarganya. Selain itu film ini tidak memberikan akhir yang melegakan. Permasalahan Romain dengan adiknya, tidak diselesaikan secara sempurna. Demikian juga hubungannya dengan Sasha. Setelah diputuskan, meski tetap mau menemui Romain, Sasha tidak menginginkan Romain lagi, ia menolak tawaran bercinta terakhir kali dari mantan teman hidupnya ini. Mungkin akan berbeda jika Sasha mengetahui apa sebenarnya yang membuat Romain menyakiti hatinya.
Tapi di sinilah film ini memberi sengatan. Sampai debur ombak di penghujung film menghilang dari pendengaran, saya masih tetap merasakan dua perasaan yang mengendap: kesunyian dan kesepian. Persis seperti yang dirasakan Romain.
Nikmati adegan ending yang terjadi di sebuah pantai:
Senja menjelang, turun diam-diam. Semua orang di pantai itu mengangkat matras dan perlengkapan yang mereka bawa. Semua meninggalkan pantai. Mentari pelan-pelan tercelup ke dalam lautan, menyisakan sinar di tubuh Romain yang terkapar di atas sehelai handuk. Lalu tampak siluet tubuhnya, kaku bergeming.
Dan terdengar debur ombak. Sunyi. Dan sepi.
Ayo donk beli tiket di loket2...orangnya keren dan filmnya tak kalah keren...
ini penjaga loket 2 kenapa? Kesepian di bioskop sendiri? hehehehe
Harap maklum, ini akhir bulan, 2 dari 6 penjaga loket punya sampingan juga jadi akuntan, kalo dah tanggal segini, terpaksa cuti (ikutan Ferina, penonton setia, hehehe). Lalu Loket 1 juga masih cuti online sampai jum'at.
Loket 5 masih melakukan renovasi, hehehehe
itu tulisan di akhir review dinukil dr film atau akal2an penjaga loket 2 ya? :)
@Kobo: duh, segitu alasannya........
@Loket4: itu akal2an....saking tersentuhnya dengan ending yang memilukan itu.
boleh nanya lagi gak?
kog film-film loket 2 tuh sedih-sedih yah?
Tepatnya....sedih...seksi...sekali....
wah ini film asik nih, sayang temanya homo..untuk si aktor melvil poupaud yang ganteng itu aslinya sih bukan gay :p