Film: Babel Sutradara: Alejandro González Inárritu Skenario: Guillermo Arriaga Ide cerita: Alejandro Gonzáles Inárritu & Guillermo Arriaga Pemain: Brad Pitt, Cate Blanchett, Adriana Barraza, Gael Garcia Bernal, Rinko Kikuchi Produksi: 2006
Kisah Sebuah Senapan
Di Maroko, Richard Jones (Brad Pitt) dan istrinya, Susan (Cate Blanchett) sedang mengikuti tur. Richard memilih tempat ini sebagai tujuan wisata hanya dengan alasan supaya mereka bisa sendiri, jauh dari anak-anak, Debbie (Elle Fanning) dan Mike (Nathan Gamble). Hubungan mereka memang sedang berada di ujung tanduk. Kematian salah satu anak mereka, Sammy, telah menodai ketenangan keluarga, menciptakan jurang di antara mereka.
Saat bis yang mereka tumpangi melintasi daerah padang pasir dengan bukit-bukit batu, sebuah tembakan dari arah sebuah bukit memecahkan kaca jendela persis di sebelah Susan, dan melukainya. Terjadi kegemparan. Di daerah itu tidak ada rumah sakit dan tidak ada dokter. Sejauh mata memandang, hanya tampak ketandusan bentang alam.
Yussef (Boubker Ait El Caid) dan abangnya, Ahmed (Said Tarchani) sedang belajar menggunakan senapan yang baru dibeli ayah mereka. Sebenarnya senapan itu dibeli dengan tujuan untuk menembak serigala yang memangsa kambing gembalaan kedua anak Maroko itu. Tapi sambil bermain-main mereka menjadikan sebuah bis yang lagi bergerak di jalan di bawah bukit sebagai sasaran tembak. Tembakan pertama, luncas. Tembakan kedua, bis berhenti. Kedua anak itu meninggalkan lokasi penembakan dengan ketakutan.
Peristiwa tertembaknya warga Amerika di Maroko ini segera menarik perhatian dunia. Diduga, peristiwa penembakan Susan disebabkan oleh teroris, yang sesungguhnya menurut pemerintah, tidak ada lagi di Maroko.
Di San Diego, Amerika Serikat, Amelia (Adriana Bazzara), penjaga Debbie dan Mike, sedang kebingungan. Ia mesti pergi ke Meksiko guna menghadiri perkawinan anak lelakinya, tapi tidak mendapatkan orang untuk menjaga kedua anak itu selama ia pergi. Amelia memutuskan membawa kedua anak itu ke Meksiko, dan langsung kembali setelah acara kawin berakhir. Mereka menumpang mobil yang dikemudikan Santiago (Gael Garcia Bernal) untuk perjalanan pergi-pulang Amerika Serikat-Meksiko. Dalam perjalanan pulang ke Amerika Serikat terjadi masalah di perbatasan. Tidak ada surat izin dari orang tua yang membolehkan Debbie dan Mike meninggalkan Amerika Serikat.
Di Jepang, seorang gadis tunarungu, Chieko Wataya (Rinko Kikuchi), tumbuh liar dalam sebuah single parent family. Ibunya meninggal bunuh diri. Ayahnya, Yasujiro Wataya (Koji Yakusho), tampaknya terus berkubang dalam kesedihan. Chieko melebur dalam aktivitas teman-teman tunarungunya untuk mengusir kesepian, menggoda seorang dokter gigi secara seksual, keluar rumah tanpa mengenakan celana dalam, dan kecewa ketika cowok gebetan pelipur sepi lebih tertarik pada teman sesama tunarungu. Tak tahan ditikam kesepian, ia mengundang Kenji Mamiya (Satoshi Nikaido) -polisi yang pernah mencari ayahnya, datang ke apartemennya. Tujuannya tidak lain untuk memperdaya si polisi dengan keremajaan tubuhnya. Tapi umpannya tidak disambar sang polisi.
Kisah berseting tiga benua ini - Amerika, Afrika, dan Asia, terdiri atas empat kisah yang dirangkai menjadi satu. Pertama, kisah sebuah keluarga Maroko peternak kambing, dengan tiga anak yang dua di antaranya laki-laki, dan satu di antara dua itu bertabiat nekat dan nakal. Kedua, Richard dan Susan yang menjadi turis di Maroko. Ketiga, Amelia, si penjaga anak berdarah Meksiko beserta kedua anak yang jadi tanggung jawabnya. Keempat, Chieko, si gadis Jepang yang terjebak dalam dunia tunarungunya.
Begitu film bergulir, hubungan tiga kisah yang pertama segera bisa dipahami. Tapi yang keempat seolah-olah terlepas dari keseluruhan film. Belakangan baru terungkap apa yang menghubungkan kisah keempat tersebut dengan tiga yang lain. Sebuah senapan, itulah yang menjadi pengikat empat kisah dalam film ini yang uniknya para karakternya tidak pernah terperangkap dalam satu adegan.
Teknik penceritaan yang digunakan Inárritu dalam film ini sebenarnya tidak tergolong baru. Film pertama yang saya tahu menggunakan teknik beberapa kisah berbeda yang kemudian dijalin menjadi satu seperti ini adalah Pulp Fiction garapan Quentin Tarantino. Teknik yang sama juga saya lihat antara lain dalam Crash (sutradara Paul Haggis) dan Antares (sutradara Gotz Spielman). Di Indonesia, Nia Dinata ikut-ikutan menggunakan teknik yang sama dalam Berbagi Suami. Sedangkan film Korea, untuk menyebutkan contoh, belum lama ini saya lihat digunakan sutradara Park Seong-Beom dalam Cheaters (My Girl’s Boy). Dua film Inárritu yang pernah saya tonton sebelumnya juga menggunakan teknik yang sama, yaitu Amores Perros dan 21 Grams. Yang agak membedakan cuma dari segi cerita, dalam Babel, para pelaku keempat kisah yang berhubungan itu tidak pernah dipertemukan dalam satu adegan. Mungkin teknik ini tidak menjadi istimewa lagi karena telah sering digarap, tapi masih tetap menarik perhatian banyak kalangan pencinta film (termasuk saya). Terbukti, juri Oscar meliriknya sebagai calon penerima gelar film terbaik tahun 2007, di samping 6 nominasi lain yaitu untuk penyutradaraan, best supporting actress untuk dua aktris, skenario, editing, dan orginal score (hasil akhir hanya original score dari Gustavo Santaolalla, yang menang). Festival film Cannes memberikan film ini Francois Chalais Award selain sutradara terbaik untuk Inárritu sedangkan Golden Globe menganugerahkan film terbaik untuk kategori drama.
Secara keseluruhan cerita film ini cukup menarik. Para pemain juga bermain dengan baik dan wajar. Selain bintang Holywood, sesuai cerita, film ini juga menggunakan pemain dari Meksiko, Maroko, dan Jepang. Beberapa pemain dari Maroko bukan merupakan pemain film profesional.
Sebagai penggemar Cate Blanchett, mau tak mau, saya tetap menyukai perannya di sini, yang mengimbangi performa yang cukup menarik dari Brad Pitt. Yang mengagetkan, selain Adriana Bazzara, Rinko Kikuchi juga dinominasikan untuk menerima Oscar sebagai Best Supporting Actress. Menurut saya permainannya memang bagus, tapi tidak sangat istimewa sehingga mesti masuk nominasi Oscar. Memang dalam film ini Rinko tidak tanggung-tanggung, ia terbilang berani tampil bugil dan menampakkan bagian vitalnya (ahaaa, sori) yang tak mengenakan celana dalam. Mungkin keberanian jenis ini telah berperan pada keputusan juri Oscar mengingat untuk keberanian seperti ini beberapa aktris sempat masuk nominasi Oscar, bahkan ada yang menang. Untuk menyebut contoh, Kate Winslet, Halle Berry, Julianne Moore, Hilary Swank, dan Holly Hunter.
Selain akting para pemain, penonton juga akan diajak mengintip gaya pernikahan tradisi Meksiko, lanskap alam Maroko nan gersang, dan Tokyo yang modern dan serbakemilau. Semuanya difilmkan langsung di tempat-tempat yang disebutkan.
Sesuai judulnya, Babel memang berkisah ihwal kepincangan dalam berkomunikasi dan kekacauan hidup manusia. Judul ini akan mengingatkan pada Babel dalam Alkitab, lambang kekacauan yang berawal dari gagalnya komunikasi. Jika mau dirunut, gagalnya komunikasi keluarga Jones telah membawa mereka ke Maroko, membuat Susan kena tembak, dan menyebabkan Amelia terpaksa membawa kedua anak keluarga ini ke Meksiko, dan di perbatasan terjadi (lagi) kegagalan komunikasi yang menciptakan kekacauan. Sementara itu, Chieko yang tunarungu mengalami kesulitan berkomunikasi, termasuk dengan ayahnya; karakter yang tanpa sadar telah memicu terjadinya efek kupu-kupu, dari lahan gersang Maroko ke hingar-bingar dunia politik internasional.
|
Udah ada di perpustakaan pelmku...tapi belon diliat hehehe
Ayo, cepetan nonton.....
hm, aku suka tuh waktu yang adegan si brad pitt marah2 waktu mau hubungi US embassy...
so american! Bener-bener khas mereka, selalu merasa dia yang paling hebat, semua harus dia dinomorsatukan, hehehehehe
memang sih, aku juga sempat kepikiran seperti itu. Tapi balik mikir, gimana kalo istriku ngalamin hal yang sama?
adegan yang memorable pasti itu donk....itu tuh....Chieko....
suit...suit....
Tapi, lihat juga reaksi orang-orang di bis itu, kan mereka semua sebal, karena perjalanan mereka terganggu.
Seseorang tertembak, dan yang mereka permasalahkan adalah, aduh, hari panas, tak ada AC....
aku udah lama bgt pgn ntn film ini. Pak Budi Darma sempat merekomendasikan juga nih film hehehe
@Kobo: yang paling penting si Chieko, itu aja deh.
@Loket4: ayo donk....sikat....sikat.... (bukan sepatu...)
Malah tergoda all the kings men-nya Sean Pean dan Jude law hehehe.
Chieko..?? suit-suit..??
hmm ada adegan tertentu yang "spesifik"?? hehehehe
dah kuceritain aja adegannya :
si Chieko itu pas datang detektif ke rumahnya, malah mau menggoda tuh detektif supaya tidur sama dia, dengan cara membuka semua bajunya
okeh!
Dah jelas kan, Yul? Suit.....suit.... Ayo donk sikat....sikat....