blog counter






  • Asongan Kebab : Suze Marie
  • Tukang Jagung Brondong : Ida
  • Juru Sobek Karcis : Yuli Bean
  • Centeng : Sitorus
  • Petugas Kebersihan : Mina





  • Bioskop Ferina
  • Bioskop Panas!
  • Bioskop Reygreena




  • Blogger

    FinalSense

    Amazon

    Yahoo

    Ebay



  • Loket 1 : Antie
  • Loket 2 : Jody
  • Loket 3 : Kobo
  • Loket 4 : Perca
  • Loket 5 : Qyu
  • Loket 6 : Tanzil
  • Calo Tiket





  • THE MOTHER

    PRIME

    THE BRAVE ONE

    Brothers & Sisters (1st Season)

    War Photographer (2001)

    Lady and The Tramp (Disney, 1955)

    No Man's Land

    MAN ON THE TRAIN

    Freedom Writers

    Curious George (2006)







    Kamis, 13 Desember 2007
    MARIE ANTOINETTE

    Judul film: Marie Antoinette
    Sutradara: Sofia Coppola
    Skenario: Sofia Coppola
    Pemain: Kirsten Dunst, Jason Schwartzman, Judy Davis, dll.
    Masa putar: 123 menit
    Tahun: 2006
    Produksi: Columbia Pictures.

    Pekan lalu sembari menghabiskan malam minggu di rumahku di Puncak bersama Ita Siregar yang datang menginap, kami putar film Marie Antoinette. Film garapan sutradara cewek berdarah Italia, Sofia Coppola, ini dibuat tahun 2006 dan berhasil menggondol sebiji Oscar untuk Milena Canonero atas kerja apiknya sebagai perancang kostum.

    Bicara kostumnya, harus diakui dengan acungan dua jempol, hasil rancangan Canonero memang keren banget. Jalan cerita film yang garing lumayan terbayar oleh pameran kostum-kostum para bangsawan Prancis tempo doeloe yang serba mewah dan elegan. Di layar kita seperti menyaksikan sebuah ajang peragaan busana dari abad silam. Warna, model, serta tata rias wajah dan rambut para artis itu benar-benar memanjakan mata penonton. Rasanya memang pantas diganjar Oscar.

    Kisahnya sendiri tidak istimewa. Maunya sih mungkin memvisualkan sepotong biografi Marie Antoinette, permaisuri Raja Louis XVI yang tercatat dalam sejarah Prancis sebagai permaisuri yang korup dan senang berfoya-foya sementara rakyat menderita.

    Marie Antoinette (Kirsten Dunst) yang berasal dari Austria, pada usia 14 tahun harus menerima takdirnya dijodohkan dengan putra mahkota Raja Prancis, Louis XV. Pangeran yang kelak menggantikan ayahnya dengan gelar Louis XVI (Jason Schwartzman) ini ternyata seorang pemuda pemalu. Tidak seperti ayahnya, Louis Junior lebih suka berburu binatang buas di hutan ketimbang berburu wanita cantik. Alhasil, setelah menikah dengan Marie Antoinette pun ia butuh waktu cukup lama untuk bisa melakukan hubungan intim layaknya suami istri.

    Sepeninggal ayahnya, Louis Junior segera naik takhta sebagai Raja Prancis yang baru. Sikapnya yang dingin kepada perempuan tak kunjung berubah. Ia menjadi suami setia bagi Marie Antoinette. Namun, bagi permaisuri muda yang penuh gairah dan senang berpesta itu, suaminya yang adem ayem itu sungguh sangat tidak menggairahkan secara seksual. Marie lantas mencari pelarian dengan lebih sering lagi bersenang-senang bersama teman-temannya dari kalangan borjuis.

    Sampai suatu ketika ia berjumpa dan berkenalan dengan seorang tentara Swedia, Count Fersen (Jamie Dornan). Sang Count yang terkenal playboy segera saja berhasil memikat hati Marie. Perselingkuhan pun tak terbendung lagi. Pada pribadi Fersen, Marie menemukan gairah bercinta yang menggelora yang tak pernah ia dapatkan dari sang suami.

    Tadinya, aku mengira bagian affair ini akan mendapat porsi yang cukup besar. Tetapi ternyata hanya ditampilkan sedikit saja sekadar menjadi bumbu erotisme dalam keseluruhan film. Maka, aku lantas mengalihkan harapan pada karakter Marie yang mungkin akan digarap secara utuh dan mendalam.

    Uh, tetapi sekali lagi aku terpaksa kecewa, sebab harapanku tak terwujud. Meski karakter sentral film ini Marie Antoinette, namun Sofia Coppola sebagai sutradara merangkap penulis naskah yang diangkat dari buku berjudul Marie Antoinette: The Journey (Lady Antonia Fraser) ini hanya menyuguhkan bagian permukaan saja. Situasi social politik di luar istana pun tidak pernah muncul di layar. Hanya pada menit-menit menjelang film berakhir barulah mereka sejenak ditampilkan. Itu pun seperti adegan tempelan yang terkesan dipaksakan (segerombol orang–mungkin golongan petani dan buruh– melakukan unjuk rasa di depan istana dengan mengacung-acungkan berbagai senjata tajam dan alat-alat pertanian).

    Yah, pada akhirnya menurutku film besutan putri Francis Ford Coppola ini datar banget (untuk tidak menyebutnya, hmm, buruk). Permainan Kirsten Dunst juga biasa-biasa saja. (kenapa si Mary Jane ini sih yang dipilih? Wajahnya tak cukup bertampang ningrat Eropa gitu loh).

    Oya, ada satu hal yang menggelitikku dalam film ini, yakni: soundtrack-nya yang mengambil warna musik masa kini.***

    ENDAH SULWESI 13/12
    1 Comments:

    Pengen nyoba nonton tapi g tau link nya

    8/10/2019 01:31:00 PM  

    Posting Komentar

    << Home