Kamis, 05 Juli 2007
BADAI PASTI BERLALU (INDONESIA/2007)
Sutradara: Teddy Soeriaatmadja
Hingga saat ini, saya tetap menganggap Marga T sebagai pengarang Indonesia yang paling melekat di hati saya. Masa-masa awal pengenalan saya dengan karya fiksi, begitu saya melek huruf, buku-buku Marga T lah yang menemani saya. Kebetulan, buku Marga yang pertama saya punya adalah Badai Pasti Berlalu. Ceritanya begitu lengket di benak saya. Sampai saat ini, jika judul buku ini menyentuh ingatan saya, saya suka membayangkan Puncak, kebun karet, Siska, Leo, dan tentu saja diabetes. Selanjutnya dalam ingatan saya Leo dan Siska menjadi darah dan daging, Siska adalah Christine Hakim, Leo adalah Roy Marten. Itu karena Badai Pasti Berlalu telah dialihkan ke dalam versi film oleh Teguh Karya tahun 1977. Sampai saat ini, Badai Pasti Berlalu adalah film favorit saya yang bagi saya telah menjadi klasik. Pada tahun 1997, saya dengar, Badai Pasti Berlalu dibikin versi sinetron. Saya tidak pernah tertarik menontonnya. Jujur, saya bukan penonton setia sinetron Indonesia. Ada suatu masa saya memaksakan diri menonton sinetron Indonesia. Itu pun karena ada motifnya. Saya lagi belajar pengambilan gambar untuk membuat skenario sebuah treatment FTV yang ditawarkan ke saya. Awal 2007, saya baca berita kalau sutradara muda Indonesia, Teddy Soeriaatmadja, yang telah menggarap Banyu Biru dan Ruang membuat ulang versi layar lebar Badai Pasti Berlalu. Dan, akhirnya, belum lama ini saya menikmati vesi VCD-nya yang diedarkan oleh Ezy Home Entertainment. Ceritanya masih sama. Tepatnya, alur ceritanya. Saya menemukan modifikasi untuk penyesuaian dengan keadaan saat ini. Siska, patah hati dikhianati tunangannya, menyendiri di sebuah vila di tepi pantai di Bali. Abang Siska, Johnny, mengenalkan Siska dengan sahabatnya, Leo, mahasiswa kedokteran yang pintar tapi playboy. Leo sukses membuat Siska melupakan masa lalu. Gadis ini mau kembali ke Jakarta dan kembali menjadi guru taman kanak-kanak. Sayangnya, sebuah percakapan di antara Leo dan teman-temannya membuat Siska putus asa. Ia memutuskan hubungan. Cerita kemudian merambat ke perselingkuhan ayah Siska dengan Marina, adik seorang laki-laki bernama Helmi. Helmi mengancam akan memberi tahu ibunya yang sakit jantung jika Siska tidak menikahinya. Maka Siska pun memutuskan untuk menjadi istri Helmy. Dan seterusnya....dan seterusnya..... Selesai nonton, saya akui, saya kecewa. Bukan karena gagalnya ekspektasi yang tinggi hadirnya versi baru Badai Pasti Berlalu yang lebih cantik. Tentu saja saya tidak berharap Teddy bisa menyaingi Teguh Karya. Tapi ketika memutuskan nonton, saya berharap menemukan sebuah film layar lebar dan bukan sinetron. Menonton Badai Pasti Berlalu Versi Teddy Soeriaatmadja saya merasa seperti menonton sinetron kategori FTV. Tidak ada gregetnya. Gambar-gambar yang ditangkap kamerawan terkesan biasa-biasa saja. Pemindahan lokasi Siska untuk menyendiri dari keasrian Puncak dengan kebun karet ke Bali dengan gemuruh ombak tidak memberi kontribusi apa-apa. Para pemain pun tidak memperlihatkan akting yang bisa dibilang menarik. Dewi Irawan sebagai ibu Siska, berpasangan dengan Slamet Rahardjo sebagai ayah, sepertinya tidak sesuai, terlalu muda. Padahal Dewi menjadi ibu Agastya Kandou (Johnny) yang tampak sebaya. Raihaanun sebagai Siska juga tidak meyakinkan. Penambahan adegan merokok yang dilakoninya membuat saya tidak bersimpati karena terkesan dipaksakan (merek rokoknya pake di-shoot CU karena jadi sponsor film). Meski memiliki penampilan fisik yang terkesan jantan, ketika ngomong Vino G. Bastian sebagai Leo terkesan kurang jantan untuk seorang playboy. Suaranya kecil dan rada-rada sengau. Pada akhirnya, saya jadi berkesimpulan bahwa semestinya Badai Pasti Berlalu tidak perlu dibuat ulang. Biarlah versi Teguh Karya tetap menjadi satu-satunya sebagai interpretasi yang memikat dari novel yang pernah mewarnai halaman-halaman Kompas pada Juli hingga September 1972 (saat itu anggota blog ini ada yang belum lahir, bahkan belum direncanakan). Lagipula, dengan bertaburannya sinetron di berbagai televisi Indonesia, terasa sekali, cerita Badai Pasti Berlalu, sudah tidak istimewa lagi. Cerita sewarna, konflik serupa, telah terlalu banyak digarap oleh para sineas Indonesia, yang mengalami kemiskinan gagasan. Label: . Indonesia, drama |
itu, gambar yang diposting di sini, yang ada cowok lari-lari di gang rumahsakit, kog kayak film korea/jepang sekali yah gambarnya?
Ya....benar juga. Adegan itu pas si Leo dikasih tahu temannya kalau ada pasien bernama Siska yang mati.Jadi, dia lari2 di lorong2 rumah sakit saking tegangnya....ternyata yang mati Siska yang lain...
Ah..tentu saja Om Steve Liem alias Teguh Karya belum tergantikan donk, Jody. aku baca juga novelnya. Waktu itu sih rasanya novel tsb keren bgt. Berhari-hari membuatku terus terbayang pada sosok Leo hehehe. Tp skrg kok rasanya males ya baca Marga T?
@LOket4: Betul, Endah. Kayaknya gak bakalan tergantikan si Steve Liem ini.
Sekarang gak baca Marga T lagi, tapi koleksiku lengkap, ya, buat anak cucu, hehehehehe....
Tahu gak? Di novel2 terakhir Tante Marga hampir semua tokoh di novel2 sebelumnya hidup kembali. Siska, Karmila, Monik,dst, dst....
oh..pantesan aja tadi pagi aku nonton vcd nya, padahal baru beberapa menit..eh udah langsung ketiduran.. :D ternyata emang jauh dari film yang jadul itu ya..?
@Imgar: yah, jadinya memang membosankan.Jadi kalo ketiduran, wajar-wajar aja. :D
yaahh.. kalo saya sih belum pnh ntn yang versi teguh karya karena masih brand new child,hahaha
tapi waktu ntn yang versi barunnya, saya langsung suka ko, karena membuat saya bergelimang air mata,huhuhu...
ada yang tau lokasi pantai dan villa dibali dalam film badai pasti berlalu gak??
gw udah search google susah bener..plis infonya kalo tau thx
Thanks for every other excellent post. The place else may just anyone get that kind of info in such an ideal manner of writing? I've a presentation subsequent week, and I am at the look for such information.
Visit My Site for Watch Movie Free >> http://pusatmovie21.com/
best porn videos NONTON BOKEP
Betul sekali...sama dengan Arini, yang tahun 87 bagus banget. Yang sekarang saya pengen liat juga nggak ketika tau yang main jadi Arini itu Aura kasih... Jomplang banget dari Widyawati ke Aura Kasih. Rugi bandar kalo nonton yang versi baru. Mungkin masih akan menarik bila pemainnya sekelas Dian Sastro, Luna Maya, Nicholas Saputra, Dwi Sasono gitu...