Sutradara Walter Salles Skenario Karim Ainouz, Sergio Machado, Walter Salles Pemain Rodrigo Santoro, Jose Dumont, Ravi Ramos Lacerda dll. Produksi FAC Film tahun 2001 Diedarkan Miramax Films Durasi 106 menit.
Salah satu nominator Golden Globe tahun 2002 untuk kategori film asing ini skenarionya dibuat berdasarkan novel karya Ismail Kadare (penulis asal Albania) berjudul Broken April (1980). Karim Ainouz, Sergio Machado dan Walter Salles menerjemahkannya menjadi skenario film yang kelam dan muram tentang permusuhan dua keluarga di Brazilia tahun 1910 di mana kala itu masih berlaku hukum rimba : mata dibayar mata, nyawa diganti nyawa, di suatu tempat, di sana, di balik matahari.
Dengan panduan narasi Pacu Breves (Ravi Ramos Lacerda), anak lelaki bungsu keluarga Breves, cerita bermula dari terbunuhnya anak lelaki sulung Breves oleh anak keluarga tetangga mereka. Permusuhan dua keluarga tersebut karena masalah kepemilikan tanah. Kematian itu harus dibalas dengan kematian pula demi kehormatan keluarga. Sang Ayah (Jose Dumont) lalu melimpahkan tugas menjaga kehormatan keluarga itu kepada si adik korban, Tonho Breves (Rodrigo Santoro), pemuda murung berusia 20 tahun.
Pembalasan dendam akan dilaksanakan pada saat warna merah darah pada kemeja sang kakak yang terbunuh telah berubah menjadi kuning. Ketika saat itu tiba, pergilah Tonho menunaikan tugas 'mulia' tersebut : menembak mati pembunuh sang kakak dengan konsekuensi akan terbunuh pula saat darah di kemeja korbannya telah menguning, sebagai pembalasan.
Tinggal pada sebuah ladang tebu yang jauh dari keramaian, keluarga Breves tidak pernah menyekolahkan anak-anak mereka. Ketiga anaknya dibiarkan buta huruf dan tanpa pendidikan formal. Setiap hari seluruh anggota keluarga terlibat pada pekerjaan berladang tebu dan mengolahnya menjadi gula dengan alat pertanian yang masih serba sederhana. Peran ayah yang dominan, seperti di kebanyakan keluarga petani, membuat anak-anak keluarga Breves tumbuh dengan pribadi yang murung dan sedih. Mereka jarang tertawa. Mereka tidak punya kawan. Sampai suatu hari melintaslah di halaman rumah mereka sebuah pedati membawa dua orang pemain sirkus, Clara (Flavia Marco Antonio) nan jelita beserta abang tirinya.
Pertemuan dengan gadis pemain sirkus itu telah membuat Tonho jatuh cinta untuk pertama kalinya. Perasaan cinta dan pengalaman pertama memiliki seorang teman membuka mata dan pikiran Tonho akan sebuah dunia yang lain di luar keluarga dan ladang tebu mereka. Hatinya bimbang memilih antara tetap tinggal di rumah membela kehormatan keluarga atau pergi mencari dunia baru bersama kekasih hatinya.
Behind The Sun, disutradarai oleh Walter Salles, adalah sebuah drama tentang balas dendam yang pahit. Karakter-karakter utama dalam film ini nyaris murung dan sedih seluruhnya. Tokoh-tokohnya adalah pribadi - pribadi tertekan dan tidak gembira oleh sebab kemiskinan dan hantu dendam kesumat yang selalu mengganggu mimpi-mimpi mereka. Susana kehidupan petani tebu yang miskin di Brazilia tahun 1910-an ditampilkan melalui gambar-gambar ladang tebu, penggilingan, tempat tinggal hingga kostum anggota keluarga Breves. Konflik yang muncul adalah konflik batin keluarga Breves menghadapi tradisi balas dendam yang berlaku di masa itu. Sementara konflik permusuhannya sendiri hanya selintas saja diceritakan. Pesan moral film ini barangkali adalah bahwa balas dendam tidak akan pernah menyelesaikan persoalan. Ia hanya akan melahirkan dendam-dendam baru.
Endah Sulwesi |