blog counter






  • Asongan Kebab : Suze Marie
  • Tukang Jagung Brondong : Ida
  • Juru Sobek Karcis : Yuli Bean
  • Centeng : Sitorus
  • Petugas Kebersihan : Mina





  • Bioskop Ferina
  • Bioskop Panas!
  • Bioskop Reygreena




  • Blogger

    FinalSense

    Amazon

    Yahoo

    Ebay



  • Loket 1 : Antie
  • Loket 2 : Jody
  • Loket 3 : Kobo
  • Loket 4 : Perca
  • Loket 5 : Qyu
  • Loket 6 : Tanzil
  • Calo Tiket





  • Death At A Funeral (2007)

    Le Grand Voyage

    THE MISSING

    THE BOXER

    Hantu Ambulance

    Extras (1st and 2nd Season)

    MONSTER

    INSOMNIA

    Fur:An Imaginary Portrait of Diane Arbus

    BEHIND THE SUN







    Sabtu, 29 Maret 2008
    Vantage Point (2008)

    “8 Strangers. 8 Points of View. 1 Truth.”

    Ini film pilihan waktu nomat bersama Miss Icha kemarin, mengalahkan Spiderwick Chronicle. Pertimbangannya adalah karena ada Matthew Fox, dan di 21 sudah nggak tayang lagi. (Kenapa ya? Padahal kemarin di Blitz masih rame yang nonton tuh, kenapa di 21 sudah nggak ditayangin lagi ya?) Kami sih nonton tanpa ekspektasi apa-apa, soalnya memang aku juga belum pernah baca review-nya, baru beberapa kali lihat iklannya saja di TV. (Sejujurnya, kami nonton film ini murni karena ada Matthew Fox doang, hikhikhik.)

    Tapi, begitu mulai, dueengg … adegan pembukanya sangat keren. Dari sudut pandang bilik tim berita sebuah stasiun TV, diceritakan bahwa Presiden US hendak berpidato di sebuah KTT di Salamanca, Spanyol. Langsunglah ditampilkan tokoh-tokoh utamanya. Si operator siaran (Sigourney Weaver), dua orang anggota Secret Service (Dennis Quaid dan Matthew Fox), seorang turis Amerika (Forest Whitaker), seorang polisi preman Spanyol, si presiden, lalu dua orang pria misterius. Kedelapan orang inilah yang nantinya menjadi tokoh kunci dalam film ini. Nah, mereka semua berada di tempat yang sama dan menjadi saksi ketika si presiden tertembak saat sedang berpidato.

    Nah, adegan pembuka itu ditutup dengan ledakan bom dan kekacauan yang menyusul setelahnya. Lalu, habis itu … zreeeetttt … eh, waktunya dibalikin lagi. Adegannya diulang lagi, tapi kali ini dari sudut pandang yang berbeda, dari tokoh yang lain. Haaa, seru! Dari sinilah aku menyadari kalau plot film ini sangat keren. Yah, pembalikan plot itu dilakukan sebanyak delapan kali dong. Sempat mengikik waktu dengar orang di depanku mengeluh, “Yah, ini film diulang-ulang mulu, sih.” Padahal menurutku justru kerennya di situ. Dari pengulangan-pengulangan itulah cerita kompletnya tersusun.

    Sayangnya, plot yang keren itu ditutup dengan ending yang kedodoran dan berasaskan kebetulan, teori konspirasi yang agak tertebak, dan sosok heroik Dennis Quaid yang menjadi hero karena keberuntungan semata. Tadinya mau kasih empat bintang, nggak jadi deh. Tiga aja jadinya. Tapi film ini layak tonton, loh. Crunchy chiki msg kriuk-kriuk. Dan Matthew Fox tetap keren, dong, hehehehe ….